Model Pembelajaran Spectrum

      Mungkin diantara pembaca yang budiman ada yang penasaran, apa sih model pembelajaran spectrum itu ? Nah, kali ini saya akan mengupas apa itu  model pembelajaran spectrum. Tapi sebelumnya yuk mari kita telaah apa makna belajar bagi kita.
      Pembaca yang budiman, pada prinsipnya belajar itu merupakan kebutuhan dasar manusia. Kita sebagai manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Mana mungkin kita sekarang ini mampu melakukan ini itu tanpa melalui proses belajar. Seorang bayi saja untuk bisa merangkak, berjalan, berbicara, makan, minum, dan ke toilet butuh pembelajaran.
      Faktor usia turut mempengaruhi kecepatan seseorang dalam belajar. Selain dipengaruhi oleh kondisi organ tubuh (pendengaran, penglihatan, dan sistem syaraf) juga dipengarui oleh kemajemukan (kompleksitas) urusan yang memenuhi sistem syaraf kita. Akibatnya tingkat konsentrasi pun bisa berkurang. Kenyataan ini tidak bisa dipungkiri dan dihindari oleh kita.
     Nah, bagaimana caranya supaya kita dapat tetap bergairah untuk belajar ditengah kompleksitas urusan hidup maka perlu dicari cara belajar yang efektif dan efisien. Model Pembelajaran Spectrum adalah satu cara pembelajaran yang sangat memperhatikan tingkat kebutuhan dan tingkat berfikir seseorang. Seperti halnya pada Spectrum Gelombang Elektromagnetik, jenis-jenis gelombang menempati bandwidth sesuai rentang frekuensinya masing-masing.
      
      
Hasil gambar untuk spektrum gelombang elektromagnetik

     Bagaimana maksudnya teori fisika ini dihubungkan dengan model pembelajaran ? 
 Pembaca yang budiman, perlu kita pahami bahwa kita diciptakan dalam keadaan tidak tahu apa-apa, artinya kondisi kita ketika dilahirhan dalam keadaan gelap gulita. Untuk bisa mengarungi lautan kehidupan di dunia ini kita memerlukan cahaya dari Tuhan supaya kita sampai pada tujuan yang membahagiakan. Cahaya itu adalah ilmu. Tuhan menurunkan cahaya ilmunya kepada manusia bertingkat-tingkat sesuai dengan usia manusianya itu sendiri. Artinya semakin bertambah usia seharusnya manusia semakin bertambah ilmunya. 
    Kalau saja Tuhan mengajarkan ilmu-Nya kepada manusia secara bertahap dan berproses apalagi kita selaku hamba-Nya yang bertugas menyampaikan ilmu-Nya kepada sesama manusia, tentunya harus bertahap juga sesuai dengan kapasitas manusia yang kita ajarkan. Untuk itu pengenalan terhadap kapasitas manusia yang kita ajarkan mutlak harus kita miliki, yang dalam model pembelajaran spectrum kita namakan bandwidth frekuensi manusia. Artinya pengajaran ilmu terhadap manusia tidak bisa disamaratakan, tetapi harus disesuaikan dengan tingkat berfikir manusia.
    Dalam model pembelajaran spectrum seorang guru harus mengerti betul kebutuhan siswa ajarnya. Apa yang sedang in dalam benaknya. Apa yang sedang menjadi persoalannya/ kegalauannya atau apa juga yang sedang digandrunginya/disenanginya. Dalam keadaan seperti ini jangan harap materi pengajaran dapat sampai kepada siswa ajar. Untuk itu diperlukan keterampilan seorang guru untuk bisa mengarahkan fikiran siswa kepada satu titik konsentrasi pembelajaran yang akan kita lakukan. Dalam hal ini guru harus bisa berperan sebagai motivator hebat sehingga tumbuh minat belajar pada diri siswa. Guru harus bisa membangun sebuah kesadaran pada diri siswa mengapa saya harus belajar. Apa pentingnya saya harus belajar materi ini. Apa manfaatnya bagi saya belajar materi ini. Baru setelah kesadaran ini terbangun dan diiringi tumbuhnya minat siswa,  80 % pembelajaran bisa dikatakan berhasil. Selebihnya ditentukan oleh keterampilan guru mengajar serta kreativitas siswa ajar. Mau bukti, silahkan coba. Saya sendiri telah membuktikannya semenjak menjadi guru selama 14 tahun baik formal di sekolah maupun informal di lembaga bimbingan belajar.
     Sering kita temukan di lapangan ketidaknyambungan antara proses pembelajaran dengan realita kehidupan. Hal ini yang membuat siswa kurang antusias dalam belajar. Padahal tujuan pendidikan sendiri adalah untuk membangun manusia baik jasmani maupun rohaninya supaya menjadi manusia yang bermanfaat dalam kehidupannya. Berarti ada yang salah dalam implementasi kurikulum pendidikan. Sebetulnya kurikulum yang ada sudah sedemikian bagusnya dirancang guna membawa semua pihak pada sebuah tujuan pendidikan. Kurikulum yang ada sekarang membangun manusia pada tiga aspek secara paralel, yakni aspek kognitif (pemahaman), afektif (kesadaran dan sikap), serta psikomotorik (keterampilan), dan kalau ini berhasil, luar biasa akan melahirkan manusia-manusia yang unggul, layaknya spectrum gelombang elektromagnetik yang bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Luar biasa .....
    

Tetap semangat !
      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM GRAVITASI NEWTON DAN MANFAATNYA

PERBEDAAN MENDASAR ANTARA KURIKULUM MERDEKA DENGAN KURIKULUM SEBELUMNYA

Materi Gerak Lurus