PRINSIP DASAR YANG HARUS DIPAHAMI DALAM PENGUKURAN

 

Adik-adik pelajar di mana pun berada, selamat datang di blog spectra-learning, komunitas pembelajar Indonesia.

Kali ini kakak akan membahas materi fisika tentang Pengukuran

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan pengukuran. Misalnya saja mengukur tinggi badan, mengukur berat badan, mengukur suhu badan, mengukur lamanya perjalanan dari rumah ke sekolah, dan masih banyak lagi kegiatan pengukuran yang dapat kita jumpai dalam keseharian. Banyak manfaat yang dapat kita rasakan dari hasil pengukuran, diantaranya dengan mengetahui tinggi dan berat badan, kita dapat megetahui pula kondisi keidealan tubuh kita. Dengan mengetahui suhu badan, kita dapat mendeteksi kondisi kesehatan tubuh kita. Dengan mengetahui ukuran waktu perjalanan dari rumah ke sekolah kita dapat mengantisipasi resiko keterlambatan.

Lalu apa sih yang dinamakan pengukuran, serta apa saja yang harus kita pahami dari kegiatan dan hasil pengukuran ? Simaklah penjelasan kakak berikut ini !

1. Pengertian Pengukuran

    Pengukuran adalah kegiatan membandingkan keadaan suatu besaran dengan keadaan lain yang dipandang sebagai acuan. Misalnya, tersedia 3 gelas, gelas A berisi air dingin, gelas B berisi air hangat, dan gelas C berisi air panas. Kita bisa mengatakan gelas A dingin, gelas B hangat, dan gelas C panas setelah kita menyentuh ketiga gelas tersebut. Ketika kita menyentuh ketiga gelas tersebut, kita sedang membandingkan suhu gelas dengan suhu tubuh kita. Di sini berarti suhu tubuh kita dijadikan sebagai acuan.

2. Alat Ukur

    Pada  contoh kegiatan pengukuran di atas, hasil pengukuran bersifat relatif artinya  tiap orang bisa merasakan hasil yang berbeda. Misalnya, menurut Dodi gelas B terasa dingin dan gelas C terasa hangat. Sedangkan menurut Andri gelas B terasa hangat dan gelas C terasa panas. Hal ini wajar karena suhu badan Dodi dan Andri berbeda. Lagi pula kegiatan pengukuran seperti itu tidak dapat dinyatakan dengan angka.

    Nah, supaya hasil pengukuran dapat bersifat konsisten dan dapat dinyatakan dengan angka, maka diperlukan yang namanya alat ukur. Alat ukur tersebut harus bersifat standar sehingga dapat dijadikan acuan bagi semua orang dalam melakukan pengukuran.

    Berikut ini adalah contoh-contoh alat ukur,

    1. alat ukur panjang : meteran gulung, penggaris, jangka sorong, mikrometer sekrup

    2. alat ukur massa : timbangan beras, timbangan bebek, timbangan kue, timbangan emas

    3. alat ukur waktu : jam dinding, jam tangan, stopwatch

    4. alat ukur suhu : thermometer

    5. alat ukur kuat arus listrik : amperemeter 

Berikut ini gambar beberapa alat ukur :

1. Penggaris

2. Jangka Sorong

3. Mikrometer Sekrup

4. Timbangan Gantung

5.  Timbangan Ohaus

6. Stopwatch

                                                                                                          


 

   Alat ukur yang kita gunakan harus sesuai dengan keadaan objek yang kita ukur. Begitupun sebaliknya objek yang kita ukur harus disesuaikan dengan alat ukur yang akan kita gunakan, karena  setiap alat ukur mempunyai batas minimal dan maksimal pengukuran. Jangan sampai dalam mengukur panjang sebuah jalan kita menggunakan penggaris, atau menimbang sekarung beras menggunakan timbangan bebek.  

    Setiap alat ukur mempunyai tingkat ketelitian. Tingkat ketelitian ditentukan oleh nilai skala terkecil dari alat ukur tersebut. Misalnya penggaris mempunyai nilai skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Jangka sorong mempunyai nilai skala terkecil 0,01 cm. Maka bisa dikatakan jangka sorong lebih teliti dibandingkan dengan penggaris. Mikrometer sekrup mempunyai nilai skala terkecil 0,01 mm, maka mikrometer sekrup lebih teliti dibandingkan dengan jangka sorong.

3. Cara Membaca Hasil Pengukuran

    Berikut ini, contoh membaca hasil pengukuran dari jangka sorong dan mikrometer sekrup :

    1. Jangka Sorong

        

Hasil pembacaan : L=1,1 cm + (0,05 x 6,5) cm

                                   =1,1 cm + 0,325 cm= 1,425 cm

1,1 cm adalah nilai skala utama yang dilalui oleh nilai nol skala vernier (nonius)

0,05 cm adalah nilai skala terkecil jangka sorong

6,5 adalah nilai skala vernier yang berimpit dengan skala utama

 

 


       2. Mikrometer Sekrup

     

13,5 mm adalah nilai skala utama yang dilalui oleh sisi skala nonius. 0,01 mm adalah nilai skala terkecil mikrometer sekrup. 17 adalah nilai skala nonius yang berimpit dengan sumbu skala utama.

Hasil pengukuran dikatakan baik jika akurat dan tepat. Akurat artinya hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya. Tepat artinya pengukuran yang dilakukan secara berulang menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda.


4. Prinsip Pengukuran

    Pada umumnya, hasil pengukuran tidak ada yang tepat  dan akurat 100%, selalu ada kesalahan atau eror. Hal tersebut disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :

1. Faktor alat ukur

    Alat ukur yang kita gunakan mungkin saja tidak akurat lagi karena ada kerusakan pada alat, misalnya terjadinya aus pada alat ukur karena gesekan. Alat ukur yang rusak tersebut harus dikalibrasi lagi supaya dapat digunakan dengan benar.

2. Faktor manusia

    Manusia sebagai subjek yang melakukan pengukuran bisa jadi penyebab terjadinya eror. Misalnya saja kesalahan manusia ketika membaca skala alat ukur karena posisi mata yang tidak tegak lurus terhadap skala yang dibaca. Selain itu bisa juga disebabkan oleh kondisi penglihatan yang kurang tajam.

3. Faktor alam

    Keadaan alam juga sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Misalnya saja keadaan suhu ruangan akan mempengaruhi alat ukur dan benda yang akan diukur. Gerak acak molekul udara juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

    Oleh karena itu, hasil pengukuran harus mengandung nilai toleransi. Nilai toleransi ini diperoleh dari angka ketelitian. Untuk pengukuran tunggal (pengukuran yang dilakukan sekali), nilai ketelitian diperoleh dari setengahnya nilai skala terkecilnya alat ukur. Misalnya, ketika kita melakukan pengukuran panjang suatu benda dengan menggunakan penggaris dan hasilnya adalah 5 cm, maka angka ketelitiannya adalah  ½ x 0,1 cm = 0,05 cm. Sehingga diperoleh nilai toleransinya (0,05/5)x100%  = 1%. Jadi hasil pegukurannya adalah (5 ± 0,05) cm atau berada pada rentang nilai  4,95 cm dan 5,05 cm.

Baik adik-adik, demikianlah penjelasan kakak mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengukuran. Semoga bisa dipahami dan bermanfaat yah…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM GRAVITASI NEWTON DAN MANFAATNYA

PERBEDAAN MENDASAR ANTARA KURIKULUM MERDEKA DENGAN KURIKULUM SEBELUMNYA

Materi Gerak Lurus